• Sel. Apr 1st, 2025
Rupiah Melemah di Tengah Membaiknya Aktivitas Bisnis AS

Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan di akhir pekan perdagangan Jumat (20/10), dengan kurs rupiah melemah 63 poin atau sekitar 0,40 persen, menjadikan nilai tukar rupiah Rp15.647 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya di Rp15.584. Melemahnya mata uang Indonesia ini terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas bisnis di Amerika Serikat (AS) yang ditunjukkan oleh data ekonomi terbarunya.

Menurut laporan dari analis pasar keuangan ICDX, Taufan Dimas Hareva, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari S&P Global yang menunjukkan penguatan aktivitas bisnis di sektor jasa, meski sektor manufaktur masih mengalami kontraksi. “Aktivitas bisnis yang ditunjukkan oleh PMI AS mengalami perbaikan, di mana sektor jasa mencatat ekspansi, sedangkan sektor manufaktur tetap dalam posisi terkontraksi,” ujar Taufan kepada ANTARA, Jumat.

baca juga: Ukuran Pasar Komparator Analog tumbuh pada CAGR sebesar 12,70%, laporan ini mencakup analisis berdasarkan Jenis, segmentasi, pertumbuhan dan perkiraan 2024-2030

Data Ekonomi AS Pengaruhi Pergerakan Rupiah

S&P Global mencatat bahwa US Manufacturing PMI meningkat ke level 47,8 pada Oktober 2024, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 47,5 dan naik dari periode sebelumnya sebesar 47,3. Di sisi lain, US Services PMI juga menunjukkan kenaikan tipis menjadi 55,3 dari 55,2, yang menggambarkan adanya ekspansi pada sektor jasa di AS. Kenaikan ini merefleksikan kekuatan permintaan di sektor jasa, sementara manufaktur tetap berada di bawah level ekspansi (di bawah 50,0), yang mengindikasikan bahwa sektor tersebut masih terkontraksi.

Penurunan angka klaim pengangguran mingguan di AS turut menambah optimisme pasar. Klaim pengangguran mingguan AS dilaporkan turun sebesar 15.000 menjadi 227.000, lebih rendah dari prediksi para ekonom. Data tersebut dianggap sebagai sinyal positif bagi pasar tenaga kerja di AS, meski pasar juga masih berhadapan dengan dampak dari Badai Milton yang mempengaruhi beberapa wilayah, serta pemogokan massal 33.000 pekerja Boeing yang memberikan tekanan tambahan pada data tenaga kerja AS.

Ekspektasi Pemotongan Suku Bunga Federal Reserve

Dalam konteks inflasi yang mulai terkendali, ekspektasi pasar kini cenderung mengarah pada kemungkinan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter pada November 2024. Antisipasi ini menciptakan sentimen yang memengaruhi dinamika pasar, terutama di kawasan Asia, termasuk Indonesia.

Para pelaku pasar kini mengambil posisi terkait potensi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh Federal Reserve yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan aliran modal ke pasar negara berkembang. Meski begitu, pelemahan rupiah juga mencerminkan bahwa respons terhadap kebijakan AS tidak serta-merta menguntungkan bagi stabilitas nilai tukar mata uang di pasar berkembang, yang rentan terhadap volatilitas.

Fluktuasi JISDOR dan Dampak pada Pasar Domestik

Data terbaru Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa kurs rupiah melemah ke posisi Rp15.629 per dolar AS pada Jumat, dibandingkan dengan posisi hari sebelumnya di Rp15.593. Pergerakan JISDOR ini menjadi salah satu indikator utama pergerakan rupiah di pasar antarbank domestik, yang merefleksikan tekanan eksternal dan dinamika internal dalam perekonomian Indonesia.

Secara keseluruhan, perkembangan ini memperlihatkan bahwa nilai tukar rupiah masih rentan terhadap berbagai sentimen global, terutama yang berasal dari ekonomi AS sebagai pusat perekonomian dunia. Keberlanjutan ketidakpastian di pasar tenaga kerja AS, termasuk dampak pemogokan dan bencana alam, serta proyeksi kebijakan moneter AS yang lebih longgar, akan menjadi faktor yang terus diperhatikan oleh pelaku pasar dalam memantau pergerakan mata uang dan kondisi ekonomi global