• Sab. Apr 27th, 2024

Rupiah Terpuruk Setelah Data Neraca Dagang Mengecewakan, Dolar Tembus Rp15.615

ByNisa Fitri

Feb 15, 2024

Rupiah melemah terhadap dolar AS setelah data neraca dagang yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tidak sesuai dengan harapan pasar, sementara utang luar negeri (ULN) Indonesia terus meningkat.
Menurut data dari Refinitiv, rupiah ditutup pada angka Rp15.615/US$, mengalami pelemahan sebesar 0,16%. Ini merupakan kebalikan dari tren penguatan sejak tanggal 7 Februari 2024.

Sementara itu, nilai DXY pada pukul 14.48 WIB mengalami pelemahan menjadi 104,64 atau turun 0,08% secara tipis. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada hari Rabu (14/2/2024), yang berada di angka 104,72.

BPS merilis data neraca perdagangan yang menunjukkan angka ekspor impor lebih rendah dari ekspektasi pasar yang dikumpulkan oleh CNBC Indonesia.

Sebelumnya, konsensus pasar dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 sebesar US$ 2,42 miliar.

Namun, BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 hanya memiliki surplus sebesar US$ 2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada bulan tersebut turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$ 20,52 miliar, sementara impor naik 0,36% (mtm) menjadi US$ 18,51 miliar.

Menurut Chief Economist BCA, David Sumual, perlambatan surplus neraca dagang Januari 2024 sesuai dengan perlambatan permintaan global dan penurunan harga komoditas.

Penurunan ini memberikan dampak negatif pada pasar keuangan domestik, termasuk nilai tukar rupiah, karena pandangan investor asing terhadap Indonesia menjadi kurang baik.

Selain itu, ULN Indonesia juga tercatat meningkat pada kuartal IV-2023, mencapai US$ 407,1 miliar atau Rp 6.349,13 triliun (Rp15.596 per US$). Angka ini meningkat 2,7% (year on year/yoy) dan 1,54% dibandingkan dengan bulan November 2024.

Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, peningkatan ULN terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, terutama pinjaman multilateral, untuk mendukung beberapa program dan proyek.

BI juga mencatat bahwa peningkatan ULN pemerintah disebabkan oleh peningkatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional, seiring dengan kepercayaan positif pelaku pasar yang sejalan dengan penurunan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Peningkatan ULN Indonesia juga memperburuk fundamental ekonomi Indonesia di mata asing, yang berdampak pada tekanan terhadap nilai tukar rupiah.