Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi dalam sejarah selama lima hari berturut-turut, mulai dari tanggal 19 September hingga 25 September 2024. Berdasarkan data Refinitiv, harga emas di pasar spot pada perdagangan Jumat (27/9/2024) tercatat di level US$2.657,97 per troy ons, meskipun mengalami penurunan sebesar 0,46% dibandingkan posisi sebelumnya. Kinerja emas secara mingguan tetap menunjukkan apresiasi sebesar 1,37%.
Lonjakan Permintaan Emas Didukung Ketegangan di Timur Tengah
Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Konflik yang semakin memanas di wilayah tersebut telah meningkatkan permintaan terhadap aset-aset aman seperti emas. Aset ini sering kali dianggap sebagai perlindungan nilai ketika terjadi ketidakpastian global atau ketegangan politik.
Pasukan Israel telah melancarkan serangan balasan terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon, yang memicu ketidakstabilan di kawasan tersebut. Hingga saat ini, dilaporkan bahwa serangan ini telah menewaskan hampir 500 orang dan melukai lebih dari 1.600 lainnya. Serangan Israel menargetkan lebih dari 1.300 titik yang diduga sebagai basis Hizbullah, menciptakan eskalasi paling mematikan sejak perang 34 hari pada tahun 2006 antara Israel dan kelompok bersenjata tersebut.
baca juga: Pangsa Pasar Motor EPB, Ukuran, Tren, Laporan Analisis Industri, Berdasarkan Aplikasi
Konflik di Timur Tengah ini meningkatkan ketidakpastian pasar dan memicu investor untuk beralih ke aset yang lebih stabil, salah satunya emas. Peningkatan permintaan terhadap logam mulia ini terlihat dari kenaikan harga yang berkelanjutan dalam lima hari terakhir.
Stimulus Ekonomi China Dorong Harga Emas
Selain ketegangan di Timur Tengah, stimulus ekonomi yang diumumkan oleh bank sentral China, People’s Bank of China (PBoC), juga menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan harga emas. Stimulus ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan komoditas, termasuk logam seperti emas.
PBoC mengumumkan serangkaian langkah untuk mendukung perekonomian yang sedang tertekan oleh deflasi dan perlambatan sektor properti. Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, menyampaikan bahwa bank sentral akan memangkas rasio cadangan wajib minimum bagi bank sebesar 50 basis poin (bps). Selain itu, PBoC juga akan memangkas suku bunga repo tujuh hari sebesar 0,2 poin persentase menjadi 1,5%. Langkah ini diambil untuk menurunkan biaya pinjaman dan mendorong aktivitas ekonomi di Tiongkok.
Stimulus ekonomi ini diprediksi dapat memacu permintaan terhadap emas, terutama di sektor properti dan industri di China. Namun, kebijakan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang profitabilitas bank, mengingat penurunan suku bunga dapat mengurangi margin keuntungan bagi sektor perbankan.
Pasar Emas AS Cermati Data Ekonomi Terbaru
Di sisi lain, pasar di Amerika Serikat (AS) tampaknya mulai mengalihkan perhatian dari ketegangan geopolitik ke data ekonomi terbaru yang akan dirilis. Dalam sesi perdagangan pada Rabu (25/9/2024), investor AS lebih fokus pada perkembangan ekonomi domestik, terutama terkait inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Penurunan indeks keyakinan konsumen yang dirilis oleh Conference Board (CB) menandakan potensi pelemahan pasar tenaga kerja di AS. Selain itu, data terbaru juga menunjukkan aktivitas bisnis di sektor manufaktur mengalami penurunan, meskipun sektor jasa masih menunjukkan ketahanan. Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan pemangkasan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Pada pekan lalu, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 4,75%-5,00%. Pasar keuangan kini memprediksi adanya pemangkasan lanjutan sebesar 50 bps, dengan probabilitas mencapai 60%, menurut perangkat CME FedWatch. Sementara itu, 40% pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps.
Fokus Pasar pada Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi AS
Selain ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter China, pelaku pasar emas juga menantikan rilis data klaim pengangguran mingguan yang akan diumumkan pada Kamis (26/9/2024). Data ini akan menjadi indikator penting bagi pasar untuk menilai kondisi pasar tenaga kerja AS, yang selama ini menjadi fokus utama dalam pengendalian inflasi oleh The Fed.
Pasar juga menunggu data final pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2024. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari ekspektasi dapat memberikan tekanan tambahan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut guna mendukung pertumbuhan.
Kesimpulan
Kenaikan harga emas yang terjadi secara berturut-turut selama lima hari ini mencerminkan kombinasi dari ketidakpastian geopolitik, kebijakan moneter, serta data ekonomi yang memengaruhi persepsi investor terhadap risiko global. Di tengah ketegangan yang terus memanas di Timur Tengah dan langkah stimulus dari China, harga emas diprediksi akan tetap menjadi instrumen yang diminati oleh investor sebagai aset lindung nilai.