Jakarta, 24 September 2024 (CNBC Indonesia) – Situasi geopolitik global kian memanas setelah Rusia memberikan sinyal kuat terkait rencana uji coba senjata nuklir non-strategis, atau yang biasa disebut senjata nuklir taktis. Langkah ini diprediksi bisa menjadi pemicu ketegangan yang lebih besar, bahkan meletusnya Perang Dunia ketiga.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menegaskan bahwa meskipun Rusia telah siap untuk melakukan uji coba senjata nuklir, mereka tidak akan mengambil langkah tersebut selama Amerika Serikat (AS) juga menahan diri untuk tidak melakukannya. Hal ini mempertegas posisi Rusia yang menempatkan keputusan uji coba senjata nuklir di tangan AS, sebagai salah satu rival utama dalam perlombaan kekuatan nuklir.
“Kami bisa saja melakukan uji coba tersebut, tetapi kami tidak akan melakukannya jika Amerika Serikat juga menahan diri dari langkah-langkah serupa,” ujar Ryabkov dalam pernyataannya yang dilansir dari Reuters. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers pada 24 September 2024, menyusul spekulasi bahwa Rusia akan mengakhiri moratorium uji coba nuklir yang telah diberlakukan sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990.
baca juga: Pasar Aerator Difusi Air Limbah: Pasar
Persiapan Uji Coba di Novaya Zemlya
Kabar bahwa situs uji coba nuklir Rusia di Novaya Zemlya telah siap untuk digunakan menambah panasnya situasi global. Lokasi yang terletak di kawasan Kutub Utara itu telah lama menjadi tempat uji coba nuklir selama era Uni Soviet. Kini, setelah 30 tahun moratorium, Rusia tampaknya kembali mempersiapkan infrastruktur tersebut untuk potensi uji coba senjata nuklir.
Media pemerintah Rusia melaporkan bahwa persiapan di Novaya Zemlya telah mencapai tahap akhir, dan fasilitas tersebut siap untuk melakukan uji coba skala penuh. Meski demikian, keputusan akhir masih berada di tangan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Keputusan ini bergantung pada perkembangan situasi global, terutama pada langkah-langkah yang diambil Amerika Serikat. Namun, saat ini kami tidak melihat urgensi untuk melakukan uji coba, kecuali jika AS melanggar batas-batas tertentu,” kata Putin dalam sebuah pernyataan pada Maret 2024 lalu.
Ancaman Perang Dunia Ketiga?
Situasi yang semakin memanas ini mengingatkan dunia pada konfrontasi Perang Dingin antara Rusia dan Barat, terutama AS, yang mencapai puncaknya dalam Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. Konflik saat ini, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina, dianggap sebagai titik terdekat dari pecahnya Perang Dunia sejak saat itu.
Kekhawatiran akan meletusnya Perang Dunia Ketiga semakin meningkat setelah beberapa negara sekutu Barat memberikan izin bagi Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia menggunakan rudal buatan Barat. Langkah ini direspon oleh Rusia dengan peringatan bahwa setiap serangan ke wilayah Rusia akan dibalas dengan keras, termasuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Ketegangan antara Rusia dan Barat semakin dalam sejak perang Ukraina dimulai pada 2022. Seiring dengan perkembangan konflik tersebut, Rusia dan AS sama-sama memperkuat infrastruktur nuklirnya, meski hingga saat ini belum ada indikasi kuat bahwa senjata nuklir akan digunakan secara langsung dalam konflik tersebut.
Perlombaan Modernisasi Senjata Nuklir
Rusia dan Amerika Serikat, bersama China, kini terlibat dalam perlombaan modernisasi senjata nuklir. Ketiga negara ini saling berlomba untuk meningkatkan kemampuan nuklir mereka, baik dalam hal daya ledak, akurasi, maupun teknologi peluncuran. Pada 2023, Presiden Putin mencabut ratifikasi Rusia terhadap Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT), yang sejak lama menjadi salah satu pilar pengendalian senjata nuklir dunia.
Langkah ini menempatkan Rusia dalam posisi yang sama dengan AS, yang hingga kini belum meratifikasi perjanjian tersebut. Putin menegaskan bahwa keputusan ini adalah respons terhadap langkah AS yang terus meningkatkan kemampuan nuklirnya, baik dari segi jumlah maupun teknologi.
“Saya tidak melihat alasan bagi kita untuk terus mematuhi perjanjian yang tidak diikuti oleh pihak lain. Jika AS tidak menghormati CTBT, maka kita juga tidak akan,” ujar Putin.
Dampak Lingkungan dan Kemanusiaan
Di tengah ketegangan ini, banyak ilmuwan dan aktivis lingkungan yang khawatir akan dampak destruktif dari uji coba nuklir. Uji coba nuklir tidak hanya berpotensi menciptakan kerusakan jangka pendek dalam bentuk ledakan dan radiasi, tetapi juga dapat mengkontaminasi lingkungan selama ratusan hingga ribuan tahun.
Efek radiasi dari uji coba nuklir bisa menyebar jauh dari lokasi ledakan, menyebabkan bencana kesehatan bagi manusia dan ekosistem. Para aktivis mendesak agar dunia internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengambil langkah-langkah yang lebih tegas dalam mengontrol persenjataan nuklir dan mencegah dimulainya era baru uji coba nuklir.
Harapan untuk Diplomasi
Di tengah ketegangan ini, beberapa negara terus berupaya untuk mendorong langkah-langkah diplomasi sebagai solusi terbaik dalam mengurangi ketegangan. Meski demikian, dengan situasi yang kian memanas dan kedua belah pihak yang terus memperkuat kemampuan nuklir mereka, harapan akan solusi damai tampaknya semakin tipis.
Kini, perhatian dunia tertuju pada langkah-langkah yang akan diambil oleh AS dan Rusia dalam beberapa bulan mendatang. Apakah moratorium uji coba nuklir akan benar-benar diakhiri? Dan jika ya, apakah dunia akan kembali masuk ke dalam perlombaan senjata nuklir yang dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia?