Jakarta (ANTARA) – Dalam sebuah pernyataan tegas yang disampaikan di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-79, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dengan tegas menyatakan keraguannya atas pidato Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Retno menegaskan bahwa tindakan Israel yang kerap kali bertentangan dengan pernyataan perdamaian yang disampaikan oleh Netanyahu menciptakan keraguan besar di kalangan internasional.
Dalam pidato Netanyahu sehari sebelumnya, Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa Israel berkomitmen untuk mencapai perdamaian di kawasan Timur Tengah, namun di saat yang bersamaan, tindakan militer Israel terus berlanjut. Israel diketahui baru-baru ini melancarkan serangan ke Lebanon, yang menyebabkan tewasnya pemimpin kelompok Hizbullah, Hassan Nasrallah. Serangan tersebut menuai kecaman keras dari berbagai pihak di Timur Tengah, termasuk Indonesia.
Pidato Retno Marsudi di Sidang Umum PBB
Dalam pidatonya pada Sabtu (28/9), Retno Marsudi mempertanyakan konsistensi pernyataan Netanyahu yang mengklaim bahwa Israel menginginkan perdamaian, namun di sisi lain, serangan militer Israel terus berlangsung. Ia menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki posisi yang jelas dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina dan mengecam segala bentuk agresi Israel.
Retno menyatakan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak dapat tercapai selama Israel masih melakukan tindakan militer yang merusak stabilitas regional. “Bagaimana mungkin kita percaya pada komitmen perdamaian jika yang kita lihat adalah eskalasi kekerasan?” tanya Retno di hadapan para delegasi negara-negara anggota PBB.
baca juga: Pasar Konverter Katalitik – Wawasan Pasar Global dan Tren Penjualan 2024 hingga 2031
Ia juga menegaskan bahwa solusi dua negara harus menjadi jalan keluar dari konflik Israel-Palestina, sesuai dengan resolusi-resolusi PBB yang sudah ada. Indonesia terus mendorong adanya penyelesaian damai dan menolak segala bentuk kekerasan.
Serangan Israel ke Lebanon dan Meninggalnya Hassan Nasrallah
Sehari setelah pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon. Serangan ini mengakibatkan tewasnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Kelompok Hizbullah, yang selama bertahun-tahun menjadi musuh bebuyutan Israel, langsung mengutuk keras serangan tersebut dan bersumpah akan melakukan serangan balasan.
Serangan ini memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan, dengan berbagai pihak mengecam tindakan Israel. Iran, sekutu utama Hizbullah, menyatakan bahwa tindakan Israel tidak hanya mengancam stabilitas di Lebanon, tetapi juga dapat memicu konflik yang lebih luas di kawasan.
Netanyahu, dalam pidatonya di PBB, tidak menyebutkan secara langsung serangan ini, namun ia menekankan bahwa Israel akan terus melindungi keamanan negaranya dari ancaman terorisme. Ia juga menuduh Iran sebagai dalang di balik meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama melalui dukungannya terhadap Hizbullah dan kelompok-kelompok militan lainnya.
Reaksi Dunia Internasional
Pidato Netanyahu dan tindakan militer Israel menuai reaksi keras dari berbagai negara. Selain Indonesia, beberapa negara Arab juga menyatakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Mesir dan Yordania, dua negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, juga mendesak agar Israel menahan diri dari tindakan yang dapat memicu konflik lebih lanjut.
Di sisi lain, Amerika Serikat, sekutu utama Israel, menyatakan dukungannya terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri. Presiden AS, Joe Biden, menegaskan bahwa AS akan terus memberikan dukungan keamanan kepada Israel, namun juga menyerukan agar semua pihak di Timur Tengah menahan diri dan mencari solusi damai melalui dialog.
Uni Eropa, yang juga merupakan salah satu pemain utama dalam diplomasi Timur Tengah, menyatakan keprihatinannya atas situasi yang terus memanas. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyatakan bahwa eskalasi militer hanya akan memperburuk situasi dan memperpanjang penderitaan rakyat sipil di kawasan tersebut.
Posisi Indonesia dalam Konflik Israel-Palestina
Indonesia secara konsisten menyuarakan dukungannya terhadap Palestina di berbagai forum internasional, termasuk di PBB. Sebagai salah satu pendukung utama perjuangan Palestina, Indonesia menegaskan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan keluar yang adil dan berkelanjutan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.
Retno Marsudi dalam beberapa kesempatan sebelumnya juga telah menegaskan bahwa Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama tidak ada kemajuan dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel. Pemerintah Indonesia juga secara aktif mendukung berbagai upaya diplomatik dan kemanusiaan untuk membantu rakyat Palestina yang terjebak dalam konflik berkepanjangan.
Retno menutup pidatonya di Sidang Umum PBB dengan menyerukan agar dunia internasional bersatu dalam mendukung hak-hak rakyat Palestina dan mendesak Israel untuk menghentikan tindakan agresinya. “Kita tidak bisa lagi membiarkan kekerasan ini terus berlanjut. Dunia harus bertindak tegas,” tegasnya.