Jakarta – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu bukti nyata bahwa ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi terkendali. Pernyataan ini disampaikan Airlangga setelah rupiah kembali menguat ke kisaran Rp 15.300 per dolar AS, usai sempat terpuruk di atas Rp 16.000 pada awal Agustus 2024.
“Baru beberapa waktu lalu, tidak ada yang percaya bahwa dolar bisa kita tekan kembali ke level Rp 15.300 seperti saat ini,” kata Airlangga dalam keterangannya di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024).
Menurut Airlangga, pencapaian ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang konsisten dalam memperkuat pengaturan devisa hasil ekspor (DHE), yang kini diwajibkan untuk disimpan di dalam negeri. Kebijakan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023, yang telah mulai berlaku pada pertengahan tahun ini.
Kebijakan DHE Memperkuat Rupiah
Pengaturan DHE menjadi langkah strategis pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi, khususnya untuk meningkatkan cadangan devisa. Kebijakan ini mewajibkan eksportir untuk menempatkan sebagian besar hasil devisa mereka di bank-bank nasional, guna menambah pasokan dolar AS di dalam negeri dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
baca juga: Pasar Perangkat Lunak Akuntansi: Membuka Kunci Pertumbuhan di Dunia yang Berbasis Digital
“Apalagi, kita baru saja melakukan pengaturan terhadap devisa hasil ekspor yang terbukti efektif dalam mempertahankan jumlah dolar di dalam negeri. Pada saat Presiden Joko Widodo pertama kali menjabat di tahun 2014, cadangan devisa kita hanya sekitar US$ 100 miliar, namun kini telah meningkat menjadi US$ 150 miliar,” ungkap Airlangga.
Cadangan devisa yang kuat memberikan Indonesia bantalan ekonomi dalam menghadapi ketidakpastian global. Selain itu, langkah ini juga membantu mengurangi tekanan pada rupiah yang sempat melemah akibat peningkatan suku bunga di Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik global.
Tren Deflasi dan Stabilitas Ekonomi
Airlangga juga menyoroti tren deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut sebagai indikator positif bahwa inflasi di Indonesia berada dalam kendali. Deflasi ini memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas suku bunga tanpa harus khawatir dengan peningkatan harga barang yang signifikan.
“Situasi ini menunjukkan bahwa ekonomi kita terkendali, terutama dengan inflasi yang rendah, sehingga kita bisa fokus pada upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi tahunan pada Agustus 2024 tercatat di level 1,87 persen, angka yang berada di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Tren deflasi ini terjadi akibat penurunan harga komoditas global, serta kebijakan pemerintah yang menjaga pasokan pangan tetap stabil.
IHSG Tembus 8.000, Ekonomi Bergerak
Selain penguatan rupiah, Airlangga juga menyoroti capaian positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat menyentuh angka 8.000 beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal ini menjadi bukti bahwa ekonomi Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih baik.
“IHSG sempat menembus level 8.000, ini menunjukkan bahwa ada optimisme dari para pelaku pasar terhadap ekonomi kita. Meskipun saat ini IHSG mengalami penurunan ke level 7.543, tetapi ini adalah bagian dari dinamika pasar yang wajar,” ujar Airlangga.
Ia menambahkan, volatilitas di pasar saham merupakan cerminan dari fluktuasi ekonomi global, yang saat ini sedang dihadapkan pada ketidakpastian akibat tingginya suku bunga global dan konflik geopolitik. Namun demikian, secara keseluruhan, ekonomi Indonesia dinilai masih memiliki daya tahan yang cukup kuat.
Tantangan Ekonomi Global
Meski ekonomi Indonesia menunjukkan sinyal positif, Airlangga juga mengingatkan bahwa tantangan dari perekonomian global masih harus diwaspadai. Lonjakan suku bunga di Amerika Serikat yang dilakukan oleh The Federal Reserve untuk menekan inflasi domestik telah memicu arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini sempat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Namun, berkat langkah-langkah kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, Indonesia berhasil mengelola dampak dari situasi ini. Bank Indonesia terus menjaga suku bunga acuan di level yang stabil sambil melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
Airlangga optimistis, dengan kebijakan yang terarah, perekonomian Indonesia akan terus bertumbuh. Pemerintah juga berkomitmen untuk mendorong peningkatan ekspor dan memperkuat industri domestik guna menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Penguatan rupiah ke level Rp 15.300 per dolar AS menjadi salah satu bukti bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup baik di tengah ketidakpastian global. Kebijakan pengaturan DHE dan peningkatan cadangan devisa memberikan Indonesia ruang untuk menghadapi guncangan ekonomi dari luar negeri. Meskipun tantangan ekonomi global masih ada, pemerintah optimistis ekonomi Indonesia akan terus bergerak positif menuju akhir tahun 2024.