• Jum. Okt 4th, 2024

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Berpotensi Melemah di Tengah Fluktuasi Pasar Global

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Berpotensi Melemah di Tengah Fluktuasi Pasar Global

Jakarta, Selasa 24 September 2024 – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah dalam perdagangan hari ini, Selasa (24/9/2024). Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian global serta pengaruh kebijakan moneter dari negara-negara besar yang memengaruhi pasar keuangan Indonesia.

Berdasarkan data dari Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (23/9/2024), nilai tukar rupiah tercatat melemah 0,37 persen atau turun 55,5 poin ke posisi Rp15.205 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen, mencapai level 101,18. Tren penguatan dolar AS ini tidak hanya berdampak pada rupiah, tetapi juga pada sejumlah mata uang di kawasan Asia.

Mata Uang Asia Alami Pelemahan

Selain rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menunjukkan pelemahan. Yuan China melemah 0,17 persen, baht Thailand turun 0,2 persen, peso Filipina melemah 0,56 persen, dan dolar Taiwan turun 0,23 persen. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar terkait kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Sentral AS (The Fed), serta ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang dan ketegangan geopolitik.

Meski demikian, beberapa mata uang Asia lainnya berhasil mencatatkan penguatan. Yen Jepang menguat 0,25 persen, dolar Hong Kong naik 0,06 persen, serta rupee India mengalami kenaikan tipis 0,04 persen. Penguatan ini didorong oleh aksi beli aset-aset safe haven di tengah volatilitas pasar keuangan global.

Proyeksi Nilai Tukar Rupiah

Menurut Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif sepanjang hari ini. “Rupiah berpotensi melemah dalam rentang Rp15.200 hingga Rp15.280 per dolar AS,” ungkap Ibrahim. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa rupiah bergerak dipengaruhi oleh berbagai sentimen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Dari sisi eksternal, keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga secara agresif pekan lalu menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar mata uang global. Kebijakan pelonggaran moneter yang diambil oleh The Fed bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global. Namun, kebijakan ini juga memicu pergerakan volatil di pasar keuangan, termasuk memengaruhi nilai tukar rupiah.

baca juga: Apa Prospek Saat Ini dan Masa Depan untuk Pasar Peralatan Tegangan Menengah?

Sentimen Global dan Dampaknya terhadap Rupiah

Kebijakan moneter global, terutama dari negara-negara besar seperti AS, memiliki dampak langsung terhadap mata uang negara berkembang seperti Indonesia. Langkah-langkah yang diambil oleh The Fed sering kali diikuti oleh arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor cenderung beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman dan menguntungkan, seperti dolar AS.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh perang dagang antara AS dan China, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, turut memperburuk sentimen pasar. Pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati dan menunggu perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan perdagangan dan politik global sebelum mengambil keputusan investasi yang lebih besar.

Kebijakan Domestik dan Pengaruhnya

Dari sisi domestik, Pemerintah Indonesia bersama Bank Indonesia (BI) terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai kebijakan fiskal dan moneter. BI telah melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah, serta mempertahankan suku bunga acuan pada level yang kompetitif guna menarik investasi asing.

Namun, tantangan utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan global. Dengan ketergantungan yang besar pada ekspor komoditas dan investasi asing, fluktuasi di pasar global memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

Prospek Rupiah di Masa Mendatang

Meskipun nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan mengalami tekanan dalam jangka pendek, prospek jangka panjang rupiah tetap bergantung pada bagaimana Pemerintah Indonesia mampu menangani dampak dari kebijakan global dan menjaga stabilitas ekonomi domestik. Pemerintah diharapkan terus mendorong investasi dalam negeri, memperkuat infrastruktur, dan meningkatkan daya saing industri lokal untuk menghadapi tantangan global.

Selain itu, peran aktif Bank Indonesia dalam menjaga likuiditas di pasar keuangan dan mengelola cadangan devisa juga menjadi kunci dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI diharapkan akan terus melakukan intervensi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar, terutama dalam menghadapi volatilitas pasar yang disebabkan oleh faktor eksternal.