• Sel. Apr 1st, 2025

Nilai Tukar Rupiah Melemah di Tengah Gejolak Global dan Sentimen Negatif dari Timur Tengah

Nilai Tukar Rupiah Melemah di Tengah Gejolak Global dan Sentimen Negatif dari Timur Tengah

Jakarta, 8 Oktober 2024 — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (8/10/2024), diperkirakan mengalami fluktuasi dengan kecenderungan melemah. Rupiah diprediksi akan bergerak di rentang Rp15.670 hingga Rp15.780 per dolar AS, menyusul peningkatan eskalasi konflik di Timur Tengah yang mendorong para investor untuk mengurangi ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Pada penutupan perdagangan Senin (7/10/2024), rupiah anjlok 1,3% ke level Rp15.686,5 per dolar AS. Di saat yang sama, indeks dolar AS mencatat penguatan tipis sebesar 0,03% ke 102,46. Penguatan ini mencerminkan sentimen global yang didorong oleh laporan ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan, serta kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah.

Sentimen Global dan Dampak Ekonomi

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa salah satu sentimen global yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah laporan data pekerjaan (non-farm payroll) di AS yang lebih kuat dari ekspektasi. Data yang dirilis pada akhir pekan lalu menunjukkan bahwa AS menambahkan 254.000 pekerjaan baru pada bulan September 2024, jauh melampaui perkiraan para ekonom yang hanya berada di angka 140.000 pekerjaan. Sementara itu, tingkat pengangguran secara tak terduga turun menjadi 4,1% dari 4,2% pada bulan Agustus.

Kinerja ekonomi AS yang semakin membaik, dipadukan dengan pernyataan agresif dari Ketua The Fed, Jerome Powell, menekan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut. Dalam pernyataannya pada hari Senin (7/10/2024), Powell mengindikasikan bahwa peluang untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya telah menyusut secara signifikan.

baca juga: Investigasi Pasar Aksesoris Lensa Kontak & Evolusi Industri dan perkiraan hingga 2031

“Trader saat ini memangkas taruhan mereka pada kemungkinan pemotongan suku bunga besar, dan kini fokus pada potensi penurunan yang lebih moderat sebesar 25 basis poin,” ujar Ibrahim. Menurut data FedWatch Tool milik CME Group, peluang pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin kini telah benar-benar hilang, setelah sebelumnya mencapai sekitar 31% pada Jumat pekan lalu.

Kondisi ini membuat mata uang rupiah dan sebagian besar mata uang negara berkembang mengalami tekanan. Meskipun demikian, Ibrahim mencatat bahwa beberapa mata uang di kawasan Asia berhasil menutup perdagangan dengan hasil yang bervariasi. Yen Jepang naik 0,34%, dolar Singapura menguat 0,13%, dan won Korea Selatan naik 0,34%. Namun, dolar Taiwan dan peso Filipina masing-masing turun sebesar 0,41% dan 0,90%.

Konflik Timur Tengah Perburuk Sentimen Pasar

Selain sentimen ekonomi global, gejolak di Timur Tengah juga menambah ketidakpastian di pasar. Serangan roket yang diluncurkan oleh kelompok Hizbullah telah menghantam Haifa, kota terbesar ketiga di Israel. Sementara itu, laporan lain menyebutkan bahwa Israel tengah mempertimbangkan langkah militer untuk menyerang fasilitas produksi minyak di Iran, yang berpotensi memicu gangguan besar dalam pasokan minyak dunia dan eskalasi konflik yang lebih luas.

“Dampak dari eskalasi ini dapat memperburuk sentimen investor global, terutama di pasar komoditas dan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia,” kata Ibrahim. Ketidakpastian geopolitik seringkali mendorong investor untuk beralih ke aset safe-haven seperti dolar AS dan emas, yang pada gilirannya menekan mata uang seperti rupiah.

Cadangan Devisa Indonesia: Stabil Meski Menurun Tipis

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 tercatat sebesar USD 149,9 miliar, sedikit turun dibandingkan dengan posisi cadangan devisa akhir Agustus 2024 yang berada di angka USD 150,2 miliar. Penurunan ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, namun BI menilai posisi cadangan devisa saat ini tetap mencukupi untuk mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia.

baca juga: Ukuran Pasar Gas Helium Global adalah USD 2,10 Miliar pada tahun 2023, laporan ini mencakup pertumbuhan Pasar, tren, peluang dan perkiraan 2024-2030

“Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ungkap BI dalam laporannya. Angka ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang biasanya sekitar 3 bulan impor, menandakan bahwa ketahanan eksternal Indonesia masih kuat.

Meskipun demikian, penurunan cadangan devisa sedikit banyak juga mencerminkan adanya tekanan pada nilai tukar rupiah. Dalam beberapa bulan terakhir, Bank Indonesia harus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan global. BI juga menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan pasar dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Prospek Rupiah: Fluktuasi Masih Akan Berlanjut

Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memprediksi bahwa pergerakan rupiah akan tetap fluktuatif. “Mata uang rupiah berpotensi ditutup melemah pada kisaran Rp15.670 hingga Rp15.780 per dolar AS,” ujarnya. Sentimen negatif dari Timur Tengah, ditambah dengan prospek kebijakan The Fed yang lebih ketat, diperkirakan masih akan membayangi pergerakan rupiah dalam jangka pendek.

Namun, Ibrahim juga menambahkan bahwa stabilitas makroekonomi domestik, seperti inflasi yang terjaga dan cadangan devisa yang mencukupi, dapat memberikan sedikit bantalan bagi rupiah. “Fokus utama pelaku pasar saat ini adalah menanti pertemuan The Fed pada November 2024 mendatang, di mana kebijakan suku bunga AS akan kembali menjadi pusat perhatian,” tutupnya.

Dengan berbagai sentimen global dan domestik yang masih bergejolak, pelaku pasar dan investor di Indonesia perlu terus mencermati perkembangan kebijakan moneter global serta dinamika geopolitik yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah dalam waktu dekat.