Jakarta – Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan kembali meningkat tajam. Pada Senin (14/10), militer Korea Selatan menyatakan bahwa mereka “sepenuhnya siap” merespons setelah Korea Utara memerintahkan pasukannya di perbatasan untuk bersiap melepaskan tembakan. Perintah ini dikeluarkan menyusul tuduhan Korea Utara bahwa pesawat tak berawak (drone) milik Korea Selatan terbang di atas ibu kota Pyongyang untuk menyebarkan propaganda anti-Korut.
Menurut Korea Utara, penerbangan drone tersebut bertujuan menyebarkan selebaran berisi “rumor menghasut dan sampah” yang bertujuan untuk merusak stabilitas negara. Pada Minggu (13/10), Korea Utara mengeluarkan peringatan keras bahwa jika ada drone lain yang terdeteksi, mereka akan menganggapnya sebagai “deklarasi perang” dan akan merespons dengan tindakan militer.
Tuduhan Drone dan Bantahan Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan dengan tegas membantah tuduhan tersebut, menegaskan bahwa pihaknya tidak berada di balik penerbangan drone tersebut. Militer Seoul menyatakan bahwa mereka tidak melakukan operasi semacam itu di wilayah udara Korea Utara dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk mempertahankan perdamaian di Semenanjung Korea.
Namun, spekulasi lokal di Korea Selatan menyebutkan bahwa penerbangan drone mungkin dilakukan oleh kelompok aktivis yang telah lama mengirimkan propaganda anti-Korut. Kelompok ini dikenal sering mengirimkan selebaran dan mata uang dolar AS ke Korea Utara, biasanya dengan menggunakan balon. Aktivitas ini sering kali menimbulkan kemarahan dari Pyongyang, yang menganggapnya sebagai tindakan provokatif.
Ketegangan Semenanjung Korea Meningkat
Ketegangan antara kedua negara telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama terkait program nuklir dan misil balistik Korea Utara yang semakin berkembang. Korea Utara, yang telah melakukan serangkaian uji coba senjata baru-baru ini, menganggap tindakan Korea Selatan, termasuk latihan militer bersama dengan Amerika Serikat, sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional mereka.
Korea Selatan, di sisi lain, terus meningkatkan kesiagaannya. Militer Seoul menyatakan bahwa mereka telah meningkatkan patroli di sepanjang perbatasan dan memantau setiap gerakan militer yang dilakukan oleh Korea Utara. “Kami siap merespons setiap provokasi dari Korea Utara,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan resmi.
Reaksi Internasional
Meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea ini memicu kekhawatiran internasional. Amerika Serikat, sekutu dekat Korea Selatan, menyatakan bahwa mereka juga memantau situasi dengan seksama dan siap memberikan dukungan jika diperlukan. Washington menegaskan kembali komitmennya untuk mempertahankan Korea Selatan di bawah perjanjian aliansi militer yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Sementara itu, beberapa negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi. Dewan Keamanan PBB juga mengeluarkan pernyataan yang mengutuk provokasi militer di wilayah tersebut dan mendesak Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan.
Perintah Siaga dari Korea Utara
Pada Minggu (13/10), pemerintah Korea Utara mengeluarkan pernyataan resmi yang disampaikan melalui media pemerintah, menyatakan bahwa mereka akan mempertahankan diri dari segala bentuk provokasi. “Korea Utara tidak akan tinggal diam jika ada pelanggaran terhadap kedaulatan kami. Jika drone atau upaya propaganda serupa kembali dilakukan, kami akan menganggapnya sebagai deklarasi perang dan akan mengambil tindakan tegas,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pengamat militer mengkhawatirkan bahwa perintah ini dapat memicu eskalasi konflik, mengingat kedua negara sudah lama berada dalam kondisi hubungan yang sangat tegang. Meskipun kedua belah pihak telah mengadakan beberapa pertemuan puncak dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan di lapangan terus meningkat, terutama di wilayah perbatasan.
Situasi di Semenanjung Korea semakin memanas dengan tuduhan Korea Utara mengenai penerbangan drone oleh Korea Selatan. Sementara Seoul membantah keterlibatan dalam aksi tersebut, ketegangan antara kedua negara tampaknya semakin sulit untuk diredakan dalam waktu dekat. Dengan kedua pihak yang saling meningkatkan kesiagaan militer, dunia kini mencermati dengan penuh kekhawatiran atas kemungkinan eskalasi konflik yang lebih besar.